Jogja is the main destination for creative industries in Indonesia

0

Terkenal dengan Jogja Never Ending Asia. Itulah Jogkarta, Kota dengan begitu banyak sebutan.  Namun di luar itu, sejatinya ada  tiga hal yang identik dengan Jogjakarta : Kota Pelajar, Kota Budaya dan Kota Wisata. Dengan potensi tersebut , wajar jika ke depan Jogja akan memiliki slogan baru ; Jogja is the main destination for creative industries in Indonesia.

Perkembangan industri kreatif di Indonesia memang berkembang cukup pesat. Hal itu bisa teridentifikasi dari data BPS ( Biro Pusat Statistik ) dari tahun 2014-2020.  Secara global kita bisa melihat bahwa setiap tahun ada peningkatan yang cukup signifikan dalam industri  kreatif di Indonesia. Tahun 2014 angkanya berada di level Rp784,82 triliun, 2016 di level Rp922,59 triliun dan 2018 menjadi Rp1.102 triliun. Artinya dalam 5 tahun peningkatan 40,56%.

Banyak hal yang menjadi trigger hingga pada akhirnya industri kreatif di  Indonesia berkembang cukup pesat. (1) Adanya kebijakan dari Pemerintah yang memasukan industri kreatif dalam Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif  (2) Prospek demografi Indonesia yang  berpengaruh pada peningkatan penggunaan internet di masyarakat. Secara jumlah kita bisa melihat bahwa saat ini komposisinya adalah : Jumlah Penduduk ( 268  juta jiwa ), Internet users ( 150 juta jiwa ) &  Active Media Social User  ( 150 juta jiwa ), Mobile Social Media User ( 130 juta jiwa ).

# Jogjakarta,  Surga Produk Kreatif di Indonesia

Jika secara nasional kondisinya memang sudah begitu kondusif, maka tidak heran kondisi mikro di daerah pun menunjukkan potensi yang cukup menarik.  Ambil contoh untuk propinsi Jogjakarta misalnya.  Sebagai sebuah daerah yang terkenal dengan SDM  yang kreatif, memang  Jogjakarta menyimpan begitu banyak potensi untuk di kembangkan menjadi sebuah potensi dalam industri kreatif.

Terlebih kita tahu saat ini ada sekitar 16 sektor industri kreatif yang di kembangkan : seni pertunjukan, seni rupa, televisi dan radio, aplikasi games, arsitektur, desain grafis, desain komunikasi visual, periklanan, musik, penerbitan, fotografi, desain produk, fashion, film animasi dan video, kriya dan tentunya sub sektor kuliner. Dimana mayoritas bisa di kembangkan di Jogjakarta.

 Hal itu sesuai dengan apa yang disampaikan Kadri Renggono, Asisten Bidang Perekonomian Setda Kota Jogjakarta.  Bersamaan dengan acara Gebyar Karya Jogja yang dilaksanakan oleh 3 Dinas yaitu : Dinas Koperasi UKM Tenaga Kerja & Transmigrasi, Dinas Pariwisata dan Dinas Perindustrian & Perdagangan.  Nantinya acara ini akan di jadikan agenda tahunan Kota Jogjakarta untuk mengangkat 14 sub sektor industri kreatif yang ada di Indonesia.

Adalah Kabupaten Bantul, salah satu kabupaten yang cukup agresif dalam mengembangkan industri kreatif di kota Jogkarta. Potensinya yang cukup besar karena di dukung  oleh  18.391 unit usaha industri kecil ( tahun 2015). Pada akhirnya mampu menyerap  nilai investasi yang cukup besar yaitu Rp493.801.130.000. Padahal di tahun 2014 nilainya masih di level 307.100.417,11.

Implementasi dari kondisi itu adalah, Kabupaten Bantul dengan beragam potensinya akan mampu meningkatkan peluang investasi salah satuya dalam industri kreatif.  Dimana beberapa sektor yang nantinya bisa di kembangkan adalah : (1)Pengembangan industri kerajinan kulit, rotan, bambu dan kayu yang nantinya akan dijual dan memiliki nilai yang tinggi (2) Fashion, Kabupaten Bantul juga terkenal dengan batiknya maka tidak salah jika pengembangan fashion batik bisa lakukan dan akan menarik para wisatawan yang berkunjung di Kabupaten Bantul (3) Industri berbasis Teknologi Informasi (4) Industri kreatif berbasis kebudayaan dan pariwisata Jogjakarta.

# Era Industri 4.0, Butuh Dukungan CRM untuk meningkatkan Industri Kreatif.

 Terkait Era Industri 4.0, pada akhirnya hal  ini mesti di antisipasi oleh semua kalangan industri.  Tidak terkecuali Industri kreatif di Jogjakarta. Dimana ketika bicara soal industri kreatif dalam konteks  Era Industri 4.0. Maka sejatinya ada 4 sektor yang  bisa memberikan dukungan  terhadap industri ini : (1) Tumbuhnya pengguna layanan data (2) Maraknya penggunaan sosial media (3) Hadirnya ragam marketplace (4) Kuatnya dukungan industri jasa pengiriman.

Perubahan yang  terjadi pada sektor industri, pada akhirnya memiliki konsekuensi positif dan negatif  terhadap industrinya. Positifnya jelas bisa memutus mata rantai jalur perdagangan  yang cukup panjang.  Negatifnya sudah pasti terkait dengan kemampuan dan keampuhan SDM untuk bisa mengimbangi kecepatan perkembangan teknologi informasi yang ada.

Nah terkait dengan dampak negatifnya itulah, Handri Kosada, CEO Barantum memiliki perspektif sendiri, “ Bicara soal kaitan industri kreatif dengan Era Industri 4.0, sejatinya ada 4 hal yang mesti menjadi perhatian para pelaku bisnis. Dimana ke-4  element tersebut kesemuanya  bersumber dari  customer. Dan beruntungnya saat ini ada aplikasi sistem CRM ( Customer Relationship Management ) yang bisa menjadi alternatif solusi terbaik bagi industri yang belum siap dengan kemampuan SDM-nya. Dengan sistem CRM ini, maka perusahaan bisa menggerakan SDM yang belum terbiasa dengan aplikasi Teknologi Informasi menjadi SDM yang  familiar dengan aplikasi berbasis Teknologi Informasi tersebut.

Bagi anda yang ingin mendapatkan informasi, potensi bisnis dan kesempatan untuk bisa melakukan investasi di daerah. Jangan lupa untuk selalu mengikuti artikel di Infokonstruksi.

Leave A Reply

Your email address will not be published.