Kota Palembang : Strategi Pariwisata ala Negara “BOLLYWOOD”
Jika kita bicara dua hal yaitu Jembatan Ampera dan makanan empek-empek. Maka pemikiran kita pasti tertuju pada sebuah propinsi yang tahun 2018 lalu sukses menyelenggarakan event internasional Asian Games. Betul Kota Palembang, Ibukota Propinsi Sumatera Selatan.
Namun ke depan, agaknya orang tidak hanya akan mengenal Palembang dengan Jembatan Amperanya. Tetapi lebih dari itu, ada sekitar 73 destinasi wisata yang akan di kembangkan Kota Palembang ke depan sebagai salah satu potensi bisnis yang menarik. Perspektif bisnis soal pariwisata yang akan di kembangkan oleh Pemerintah setempat ini memang bukan main-main. Hal itu sejalan dengan akan dilakukannya kerja sama strategis dengan negara yang terkenal dengan sebutan BOLLYWOOD-nya, betul Negara India.
Ke depan, memang ada satu kesepakatan yang akan di jalankan oleh Pemerintah India dengan Pemerintah Kota Palembang. Kerja sama yang akan di jalankan tersebut memang menyangkut pengembangan sektor pariwata yang ada di Kota Palembang, Jika saat ini orang hanya kenal Kota Palembang dengan potensi aktivitas MICE-nya yang selalu sukses baik tingkat lokal ataupun international.
Ke depan, destinasi wisata seperti : Sungai Musi, Pulau Kemaro, Kampung Kapitan, Kampung Al Munawar, Benteng kuto Besak, Jembatan Ampera, gudang Baba Buncit, pedestrian Sudirman, dan Bukit Siguntang. Tidak hanya seperti kondisinya saat ini, tetapi akan lebih di kembangkan menjadi sesuatu yang lebih memiliki nilai komersial.
Hal itu seperti yang pernah di sampaikan oleh Raghu Gururaj, Konsul Jenderal India bidang Pariwisata yang beberapa waktu lalu berkunjung ke Kota Palembang. Secara singkat, pejabat India tersebut berjanji akan membuat Kota Palembang menjadi salah satu destinasi terbaik tidak saja di Indonesia, bahkan mungkin di kawasan regional. Kenapa, karena dunia sudah tahu Kota Palembang dari beberapa event international yang pernah di adakan di sana dan sukses. Kondisi ini membawa satu konsekuensi logis bahwa dunia saat ini sudah mengenal Kota Palembang dengan segala kelebihannya.
Hingga saat ini kondisi terbaik sektor pariwisata bisa di lihat dari grafik peningkatan jumlah wisatawan yang berkunjung ke Kota Palembang. Hingga Januari-Juli 2019, tercatat ada peningkatan jumlah wisatawan yang berkunjung ke Palembang sebanyak 51% menjadi 9.886 wisatawan dibanding tahun 2018. Dimana dengan klasifikasi negara asal seperti : Malaysia sebagai negara asal wisatawan terbanyak ( 646 wisatawan ), Singapura ( 133 wisatawan ) dan Tiongkok ( 45 wisatawan).
Dengan kondisi seperti ini, jelas berpengaruh pada tingkat hunian hotel yang ada di Kota Palembang. Tercatat tingkat occupancy tertinggi di Kota Palembang adalah 61,71% di bulan Juli 2019. Ini merupakan occupancy tertinggi di banding tingkat hunian lain yang ada di Kota yang terkenal dengan Sungai Musi dan Jembatan Amperanya. Dimana untuk occupancy terendah berada di level 40,33%.
PERAN TEKNOLOGI DIGITAL SEBAGAI SALAH SATU PENENTU PERKEMBANGAN BISNIS PERHOTELAN
Setidaknya menyikapi perubahan yang terjadi saat ini, dimana Era Industri 4.0 sudah makin menjadi sebuah tuntutan untuk para pelaku bisnis. Maka kita bisa melihat ada beberapa tren bisnis yang terjadi pada bisnis di sektor perhotelan.
Ada 5 hal yang sebenarnya jika pelaku mencermatinya ini adalah sebuah peluang. Tapi sebaliknya, ketika ke-5 tren ini dilihat sebagai sebuah kendala, maka kondisi ini bisa menjadi kendala dalam pengembangan bisnis di sektor perhotelan. Pertama : tuntutan konsumen kedua : trafik pengguna seluler ketiga : Meta search, keempat : booking hotel lewat perintah suara dan kelima : program loyalitas.
Menarik memang ketika kita bicara soal industri perhotelan saat ini. Ketika klasifikasi hotel saat ini tidak lagi menjadi satu hal yang cukup di perhitungkan oleh customer. Justru dari laporan research yang di keluarkan oleh Colliers International Indonesia, justru penambahan jumlah kamar hotel terjadi setiap tahunnya. Setidaknya dari tahun 2019 hingga 2021 prediksinya terjadi penambahan jumlah kamar hotel yang cukup banyak dari 2019 ( 2.282 kamar ) 2020 ( 874 kamar ) dan 2021 ( 200 kamar ).
Deskripsinya untuk pasokan kamar hotel yang ada di tahun 2019 ( 21% berasal dari hotel bintang 5, 57% berasal dari hotel bintang 4, 22% untuk hotel bintang 3). Sedangkan tingkat hunian yang terjadi sepanjang tahun 2018 sendiri walau belum bisa di katakan maksimal berada pada level Average Occupancy Rate (AOR) 62,8% dengan Average Daily Rate ( ADR) mencapai US$ 75.
Jika anda ingin tahu lebih jauh potensi bisniss properti dan konstruksi yang ada di daerah, jangan lupa untuk terus lihat artikel yang ada di Infokonstruksi