Makassar Creative Industry, The New Economic Power of Eastern Indonesia

0

Keragaman seni dan budaya Indonesia, sebagai salah satu aset bangsa. Sebenarnya hal itu bisa memiliki konsekuensi positif  yang bisa menjadi aset ekonomi nasional. Betapa tidak, sejak pemerintah mulai concern dalam penanganan masalah industri kreatif di Indonesia, maka perkembangan industri ini semakin menunjukkan eksistensinya.

Jika kita bicara industri kreatif dalam skala nasional, sejatinya memang kita bisa melihat dengan jelas bahwa bisnis ini memiliki potensi pengembangan yang cukup baik kedepan. Dimana dari grafik yang terjadi dari tahun 2016 – 2018 ada peningkatan sebesar 19,45% yang membuat industri ini makin diandalkan untuk menjadi salah satu kekuatan baru industri di Indonesia.

Dari  tahun 2016 nilai industri kreatif Indonesia saja sudah mencapai Rp922,59 triliun.  Jika di tahun 2018 ada peningkatan sebesar 19,45% berarti di tahun 2018 angkanya sudah mencapai Rp1.102 triliun. Ini sebuah potensi besar yang mesti terus di pertahankan  konsistensinya agar bisa menjadi lebih besar. Kenapa, karena Indonesia punya potensi untuk bisa menjadi negara yang memiliki potensi besar dalam industri kreatif di dunia.

Seperti pernyataan yang pernah di sampaikan oleh Triawan Munaf, Kepala Badan Kreatif Nasional (Bekraf),”  Dari total nilai yang terjadi sepanjang  tahun 2018 sebesar Rp1.102 triliun, setidaknya ada 3 sektor industri yang begitu potensial mendukung keberadaan industri kreatif nasional. Dimana ke-3 sub sektor itu adalah : industri kuliner ( persentasenya 41,69%), Industri Fesyen (persentasenya mencapai 18,15%) dan yang ketiga adalah Industri  Kriya ( persentase 15,70%).

Sementara ketika kita bicara soal potensial sub sektor industri yang memiliki tren peningkatan yang tertinggi dari sekitar 16 sub sektor industri kreatif yang ada di Indonesia lanjut Triawan adalah : TV& Radio (10,33%), Film-Animasi  & Video ( 10,09%) serta Seni pertunjukan  (9,54%).

Berbicara soal besarnya potensi yang bisa di kembangkan untuk industri kreatif yang ada di  Indonesia. Maka kita bicara soal bagaimana kesiapan masing-masing daerah dengan potensinya yang ada bisa berbicara banyak di  tingkat nasional. Jika Propinsi Jawa Barat  menjadi salah satu propinsi yang mampu berkontribusi terbesar dalam industri kreatif. Maka kedepan Indonesia mesti melirik propinsi paling agresif yang saat  ini banyak di lirik pengusaha di Indonesia.

Betul, propinsi itu adalah Sulawesi Selatan dengan ibukotanya berada di Kota Makasar. Besarnya potensi bisnis ekonomi kreatif yang ada di Kota Makasar, pada akhirnya membuat concern tersendiri pihak pemerintah daerah untuk memberikan support penuh terhadap perkembangan bisnis ekonomi kreatif di Indonesia.

Ada beberapa kondisi yang membuat industri kreatif di Sulawesi Selatan cukup berpeluang menjadi salah satu raksasa baru di Indonesia. (1) Dinas Penanaman Modal &  Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPM-PTSP) Kota Makasar.  Seperti yang disampaikan oleh Plt Kepala DPM-PTSP  Makassar , Firman Hamid Pagarra,  “ Saat ini kami sedang merencanakan untuk menyusun peta kondisi potensi investasi terbaik dalam sektor industri kreatif yang ada di Sulawesi Selatan (Makassar).  Hal ini menjadi penting mengingat saat ini bisnis ekonomi kreatif di jadikan salah satu potensi ekonomi unggulan yang ada di Kota Makassar.

Mungkin kita bertanya, kenapa pemerintah daerah mesti menyusun strategi pengembangan ekonomi kreatif sepenting ini.  Jawaban dari statemen ini adalah, karena Pemda setempat   ingin menjadikan industri ini bukan sekedar industri kecil tetapi bisa di arahkan  menjadi industri skala nasional sehingga kerangka  bisnis  yang ada mesti di ketahui semua pihak yang  tertarik untuk masuk dan mengembangkan industri itu di Makassar.

Karena memang, implementasi dari apa yang di harapkan Pemda dengan adanya Peta Potensi Investasi Ekonomi Kreatif adalah bahwa kedepan jika investor ingin masuk ek Sulawesi Selatan  mereka sudah tahu akan masuk ke sektor apa dimana dan bagaimana memulai untuk menjalakan aktivitas bisnis tersebut.

Ekonomi kreatif memang erat kaitannya dengan generasi muda. Dimana saat ini bisa di katakan Indonesia di untungkan dengan bentuk demografi penduduk Indonesia yang mayoritas di duduki  oleh kalangan pekerja.  Dimana jika kita coba persentasekan angkanya  seperti berikut ini : Untuk angkatan  kerjajumlahnya ( Generasi millennial : 62.570.920 pekerja ( 17,96%). ( Generasi X : 69.003.270 pekerja (43,03%) dan (  Generasi baby boomers : 28.795.610 pekerja ( 39,02%).  Sedangkan jumlah generasi millennial sendiri berada di angka 90 juta jiwa.

Sementara ke-16 sub sektor ekonomi kreatif itu sendiri, bisa di katakan mayoritas di jalankan oleh para generasi 90-a atau generasi millennial. Dari mulai : seni pertunjukan, seni rupa, televisi dan radio, aplikasi games, arsitektur, desain grafis, desain komunikasi visual, periklanan, musik, penerbitan, fotografi, desain produk, fashion, film animasi dan video, kriya dan tentunya sub sektor kuliner. Maka ke depan, dengan semakin produktif-nya jumlah generasi millennial maka bisa di pastikan jumlah pendapatan secara industrinya sendiri akan semakin besar.

Dimana peran pemerintah dalam mendukung dan mengembangkan ke-16 sub sektor industri itu sendiri juga telah di jalankan oleh pemerintah pusat dan daerah.Seperti misalnya pencanangan 5 festival terbaik yang ada di  Indonesia. Program promosi wisata yang sekaligus menjadi ajang promosi industri kreatif biasanya menjadi salah satu strategi terbaik dalam memasarkan produk.

Saat ini pemerintah telah menetapkan 5 festival terbaik yang bisa di jalankan untuk mendukung perkembangah   industri kreatif di  Indonesia. (1) Festival Teluk Tomini ( tanggal : 1-10 April 2019) (2) Festival Asia Afrika  ( tanggal  : 19 Mei 2019),  (3) Festival Budaya Dieng (  tanggal : 2-4 Agustus 2019 )  serta (4) Karnaval Fesyen  Jember Festival ( tanggal : 30 Juli – 4 Agustus 2019).  (5) F8 Makassar 2019 ( tanggal 4-8 september 2019 )

Hal menariknya adalah, justru pada saat ini ketika Indonesia masuk dalam Era Industri 4.0. Ternyata memang ke-16 sub sektor bisnis tersebut perlu adanya dukungan sistem Teknologi Informasi guna menunjang keberhasilan produknya untuk menuju industri yang lebih besar.  Minimal ada tiga sub sektor  industri yang sangat dekat degan sektor Teknologi Informasi yaitu : Bidang Periklanan ( 8,05% potensinya ), Bidang Arsitektur (7,53% potensinya ) dan Bidang Teknologi Informasi ( 8,81% potensi bisnisnya ).

Kesemua hal itu  pada akhirnya memang menjadi satu keunggulan lain bagi industri kreatif  bahwa saat ini dengan masuknya Era  Industri 4.0 maka semua hal yang terkait dengan bidang kreativitas  bisa dengan mudah di dukung oleh information Technologi.  Itulah yang membuat suk sektor Teknologi Informasi menjadi sub sektor  paling tinggi dibanding sub sektor lainnya.

Konsekuensi  logis itu memang sejalan dengan apa yang terjadi dalam bisnis di sektor industri kreatif Indonesia . Bahwa sejak tahun 2014 – 2019 kontribusi sub sektor ini memberikan  kontribusi yang cukup besar : Data dari BPS ( Biro  Pusat Statistik )  Tahun 2014 berada di level angka Rp784,82 triliun.  Kondisinya naik sebesar 8,6% menjadi ontribusi terbesar dari sektor teknologi informasi  karena hal  itu berdampak dari jumlah pengguna internet yang ada di Indonesia pada tahun 2019 yang sudah mencapai 51,86% dari total jumlah penduduk Indonesia.

Kota Makassar adalah pintu masuk Indonesia Timur. Jika anda ingin tahu lebih jauh potensi dari daerah lain, ikuti terus artikel yang ada di Infokonstruksi

Leave A Reply

Your email address will not be published.