6 Tren Bisnis yang akan Mempengaruhi Bisnis Retail di Indonesia

0

Tahun 2019, nampaknya bisnis ritel modern akan mengalami masa keemasan. Dimana sejak tahun 2016 hingga 2019, terjadi kenaikan angka penjualan hingga 25%. Walaupun terjadi peningkatan, namun konsep pasar modern agaknya akan mengalami perubahan tren. Kini kondisinya berbeda sejak adanya pandemi covid berkembang di Indonesia. Maka konsep dan model bisnis retail juga ikut mengalami perubahan yang cukup signifikant. Dimanabisa retail secara online menjadi potensi baru yang menarik untuk di kembangkan.

Budaya berbelanja, memang menjadi salah satu ciri dari yang sedang berkembang. Tidak terkecuali seperti juga Indonesia. Hal itu di buktikan dengan beberapa angka penjualan yang di keluarkan oleh APRINDO (Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia). Dari tahun 2016 angka penjualan yang terjadi sebenarnya sudah cukup besar  yaitu berada di angka Rp205 triliun. Namun angka itu terus meningkat seiring dengan peningkatan tingkat kesejahteraan masyarakat yang ada di Indonesia. Tidak   heran  hingga tahun 2019, angka peningkatan penjualan ritel modern terus meningkat dari  tahun  2017 (Rp212 Triliun ), 2018 (Rp 233 Triliun) dan tahun 2019 mencapai Rp 256 Triliun.

Dengan melihat angka penjualan yang cukup tinggi, dibandingkan dengan jumlah penduduk Indonesia yang tahun 2019 berjumlah 267 juta jiwa. Artinya  dari 1 orang Indonesia mengeluarkan uang untuk melakukan aktivitas belanja di pasar ritel modern  sekitar hampir  Rp1 juta. Dengan kondisi seperti ini kita melihat bahwa potensi bisnis ritel semakin hari atau semakin tahun akan menunjukan peningkatan yang cukup meyakinkan.

Kondisi ini di perkuat dengan analisa yang diberikan oleh McKinsey yang memprediksi nilai transaksi dagang Republik Indonesia hingga  tahun 2022.  Dari analisa  yang di tetapkan oleh McKinsey besarnya angka transaksi dagang tahun 2017 US$ 8 Miliar.  Meningkat cukup tinggi sekitar 713% di tahun 2022 yaitu berada dalam kisaran angka US$65 Miliar.

Besarnya angka penjualan ritel moderen yang terjadi hingga mencapai Rp256 trilliun, Sebenarnya masih bisa ditingkatkan lebih besar  jika saat ini kondisi bisnis ritel tidak terpecah menjadi 2 bagian besar. Sekedar mengingatkan bahwa saat ini kondisi pasar ritel tengah marak dengan  munculnya pasar-pasar online yang secara langsung berdampak pada tingkat penjualan di pasar modern .

Dari data yang di sajikan oleh Data firma riset pasar Forrester menunjukkan bahwa Indonesia membukukan US$7,6 miliar (sekitar Rp106 kuadriliun) penjualan ritel online tahun lalu, atau mencakup sekitar 41 persen dari total penjualan online Asia Tenggara. Bisa jadi di tahun 2019 angka tersebut meningkat sejalan dengan adanya peningkatan tingkat kesejahteraan masyarakat Indonesia.

INDONESIA SALAH SATU “RAJA” SEKTOR E-COMMERCE DI TINGKAT ASEAN

Melihat besarnya potensi bisnis ritel yang ada di Indonsia baik  ritel moderen atau online.  Memang terlihat dengan terus meningkatnya angka penjualan yang terjadi dari tahun ke tahun.

Seperti juga pasar modern. Untuk pasar e-commerce, Indonesiapun bisa dikatakan kedepan akan menjadi salah satu “ raja” dalam penjualan e-commerce. Kondisi itu bisa di lihat dari beberapa data yang disajikan  oleh konsultan luar. Salah satuya analisa yang diberikan oleh Santitarn Sathirathai selaku Group Chief Economist dari Sea, perusahaan berbasis internet asal Singapura. Dia menyebutkan bahwa  Indonesia sebagai “pasar paling menarik”.  Beberapa alsan yang menguatkan argument tersebut adalah : berdasarkan data yang terkumpul selama event 12.12 Shopee, anak perusahaan Sea, 5,4 juta dari total 12 juta pesanan yang diterima platform e-commerce tersebut berasal dari Indonesia.

Bukan saja Santitarn Sathirathai, pendapat lain yang senada juga di sampaikan oleh  Meltwater. Dari laporannya, Meltwater melihat bahwa 57 persen percakapan online tentang hari-hari promosi di Asia Tenggara, seperti Single Day dan Black Friday, berasal dari Indonesia. Sebaliknya, Singapura hanya mempunyai 1,2 persen keterlibatan sosial. ( Social media engagement volume : Philippines 29,7%, Malaysia 12%, Singapura 1,2% dan Indonesia 57,1%).

Dengan melihat kondisi yang terjadi dalam perkembangan bisnis ritel di Indonesia. Dimana saat ini jumlah generasi millennial kita di tahun 2018 saja sudah mencapai 90 juta jiwa . Maka tidak heran kedepan potensi penjualan ritel dalam kontek e-commerce semakin meningkat. Kenapa, karena salah satu karakter berbelanja dari para generasi millennial adalah dengan model pembelian dengan menggunakan model e-commerce.

Itulah kondisi terkini dari  bisnis ritel yang ada di Indonesia. Dimana besarnya jumlah penduduk yang ada di  Indonesia, serta  pengaruh positifnya demografi penduduk yang terkenal dengan julukan generasi millennial harus segera diantisipasi oleh para pelaku bisnis ritel di Indonesia. Setidaknya ada beberapa hal yang mesti di persiapkan untuk para pebisnis ritel di Indonesia agar bisa bersaing tidak saja di dalam negeri tapi juga di luar negeri.

Salah satunya adalah pemanfaatan aplikasi teknologi. Saat ini  bisa di katakan pemanfaatan aplikasi teknologi bukan lagi dominasi peritel besar. Namun peritel kecilpun sudah mesti menyesuaikan diri dengan penggunaan perangkat teknologi. Salah satu aplikasi yang mungkin sangat di butuhkan oleh pebisnis ritel adalah aplikasi untuk meningkatkan omzet penjualan dan aplikasi untuk memaintenance stock produk yang di jualnya.

6 TREN BISNIS YANG AKAN MEMPENGARUHI BISNIS RITEL DI INDONESIA

Aplikasi teknologi memang saat ini dan kedepan akan menjadi salah satu kunci sukses bagi pebisnis ritel  untuk bisa bersaing dengan peritel dari dalam dan luar negeri. Dimana keberadaan aplikais bisa mempercepat strategi penjualan mereka dengan lebih efektif dan efisien.

Kondisi ini sejalan dengan tren yang akan berkembang ke depan dari bisnis ritel di dunia. Secara global kita bisa melihat bahwa saat ini saja model atau karakter bisnis ritel sudah mengalami perubahan. Namun kedepan, minimal ada 6 ciri khusus yang akan mempengaruhi pebisnis ritel yan ada di Indonesia bahkan dunia.

  1. Menawarkan pengalaman yang berbeda

Kondisi ini sejalan dengan situasi dimana keberadaan fasilitas internet memberikan pengalaman yang berbeda pada saat konsumen melakukan pembelanjaan dengan sistem online. Sehingga konsumen akan lebih mudah membandingkan harga dari beberapa penjual produk yang berbeda.

  • Implementasi The Internet of Things (IoT)

All about internet. Inilah konsep bisnis yang nantinya semua hal berhubungan dengan internet. Dari mulai pencarian produk, pembayaran, hingga maintenance produk.  Dengan kondisi seperti ini pada akhirnya pebisnis ritel mesti menyesuaikan diri dengan aplikasi teknologi yang sesuai dengan konsep bisnis ritel yang di jalankannya.

  • Lebih Banyak Konsumen yang Berkomunikasi dengan Bot Facebook Untuk Mengecek dan Membeli Produk

Terkait dengan besarnya potensial market yang berasal dari generasi millenials. Penggunaan media sosial seperti IG, Facebook dan sejenisnya  pada akhirnya memang menjadi satu hal yang mesti juga  menjadi perhatian  para pebisnis ritel di Indonesia. Terlebih kita melihat bahwa media sosial saat ini tidak bisa di pisahkan dari aktivitas para generasi millenials.

  • Pebisnis Retail Mulai Menggunakan Komputasi Kognitif Untuk Memberikan Layanan Pelanggan yang Lebih Baik dan Lebih Cepat

Masalah calon klien, klien atau pelanggan dan pemasok, memang sangat erat kaitannya dengan bisnis retell. Kondisi itu akan semakin di permudah koordinasinya jika pebisnis ritel menggunakan aplikasi teknologi. Karena dengan aplikasi teknologi tersebut semua hal yang terkait dengan pihak ketiga dengan mudah di tangani oleh pebisnis dibanding mereka masih menggunakan cara- cara manual.

  • Memasarkan Produk dengan Augmented Reality

Strategi marketing dan promosi memang untuk bisnis ritel bisa di katakan salah satu ujung tombak . Karena tanpa adanya aktivitas tersebut orang atau calon konsumen akan sulit mengenal dan merasakan produk yang di tawarkannya. Itulah  kenapa, terobosan-terobosan baru dari bisnis ritel menjadi salah satu cara ampuh bagi pebisnis untuk bisa bertahan dan bersaing di pasar global. Dan salah satu terobosan yang saat ini sedang marak dilakukan adalah dengan  menggunakan metode AR ( Augmented Reality).

  • Otomatisasi Aktivitas Bisnis Retail

Pada akhirnya semua hal yang terkait diatas jelas menunjukan bahwa kedepan dengan adanya perubahan tren bisnis di sektor ritel, sudah harus diantisipasi oleh pebisnis dengan pemanfaatan aplikasi teknologi. Pilihan aplikasi teknologi  yang tepat pada akhirnya memang akan menjadikan strategi bisnis ritel yang di jalankan akan lebih maksimal. Sehingga otomatisasi aktivitas di bisnis ritel menjadi sebuah keharusan jika tidak ingin bisnis yang anda jalankan mengalamai kemunduran atau bahkan tutup.

Jangan ketinggalan dalam mengikuti perkembangan bisnis properti dan kontruksi di Indonesia. Ulasan bisnis di sektor properti dan konstruksi akan terus di bahas di Infokonstruksi

Leave A Reply

Your email address will not be published.