Jogja A Small City with A Large Potential in The Property Sector
Kotanya boleh kecil hanya memiliki luas 3.186 km2, tetapi jangan di tanya potensinya. Malah Jogjakarta sebagai sebuah Kota Istimewa yang ada di Indonesia tidak kalah dengan kota besar lain yang ada di Jawa. Salah satunya adalah potensi dalam sektor properti.
Itulah Kota Jogjakarta, sebuah kota yang bisa dikatakan miniatur kecil dari Indonesia. Begitu banyak suka bangsa yang ada di Jogjakarta membuat kota ini seakan tidak pernah mati. Segala aktivitas dari mulai pendidikan, seni budaya, pariwisata hingga bisnis menjadi contih betapa menariknya kota yang memiliki 3 sebutan : Kota Pelajar, Kota Seni Budaya dan Kota Wisata.
Terkait dengan potensinya sebagai sebuah kota investasi di sektor properti. Hal itu bisa kita lihta pada saat Jogjakarta merencanakan dan meresmikan pembukaan bandar udara international di daerah Kulon Progo. Bernama New Yogyakarta International Airport ( NYIA).
Sejak pertama kali di rencanakan, hingga pada akhirnya melalui sebuah seremonial kenegaraan, Presiden Republik Indonesia tanggal : 29 April 2019 meresmikan beroperasinya bandar udara tersebut. Jelas ini adalah sebuah potensi yang sangat besar dengan hadirnya proyek berskala nasional ini. Dimana sudah pasti, pembangunan dan potensi infrastruktur pada proyek ini jelas memberikan kontribusi bagi pemerintah Propinsi Jogjakarta.
# New Yogyakarta International Airport, Icon Baru Propinsi Jogjakarta
Sejak awal isu pembangunan NYIA di gulirkan, hingga saat ini terasa besarnya potensi di sektor properti dan konstruksi yang berlokasi di Kabupaten Kulon Progo. Hal itu bisa di lihat dari menggeliatnya aktivitas properti dan konstruksi yang ada di lokasi tersebut.
Hal itu cukup beralasan, mengingat seperti juga pada saat pembangunan Banda Udara International Soekarno Hatta di Jakarta. Atau saat ini yang sedang marak adalah pengembangan kawasan bisnis di Bandar Udara International Kertajati. Terlihat memang besarnya potensi bisnis properti dan konstruksi dilokasi tersebut membuat pelaku bisnis mencoba meng-ekplorasi potensi yang ada agar bisa lebih bersifat komersial.
Kondisi itu memang terlihat tidak saja oleh pelaku bisnis. Tetapi pemerintah daerah Propinsi Jogjakarta-pun merasakan manfaatnya. Seperti disampaikan Kepala Dinas Perizinan dan Penanaman Modal DI Yogyakarta, Arief Hidayat. “ Nilai investasi yang masuk ke Jogjakarta, hingga semester I 2019, mencapai Rp2,01 triliun. Yang mana kontribusi terbesar berhasil di sumbangkan oleh proyek New Yogyakarta International Airport (NYIA).
Sementara jika di uraikan secara lebih detail berdasarkan sumber pendapatan tersebut, memang Kab. Kulon Progo masih menjadi pemasuk nomor satu pendapatan investasi di Jogjakarta. Secara jelas di sebutkan bahwa Kab. Kulon Progo dengan NYIA-nya menyumbang Rp1,61 triliun, Kab. Sleman Rp337,01 miliar sedangkan Kodya Yogyakarta Rp80,63 miliar.
Kenyataan itu memang jelas adanya. Mengingat Kab. Kulon Progo sendiri, selain sebagai tempat berdirinya NYIA. Tetapi di luar itu, kabupaten yang memiliki luas 586,3 km2 ini memiliki beberapa keunggulan : (1) Kabupaten ini memiliki lahan yang begitu luas, secara nyata dengan adanya pembangunan NYIA bisa meningkatkan harga lahan di Kab. Kulon Progo (2) Proyek NYIA secara langsung menjadi salah satu trigger guna meningkatkan pemasukan bisnis dan investasi di sektor properti. Di Kab. Kulon Progo pada khususnya dan Jogjakarta pada umumnya.
Dimana beberapsa sektor bisnis yang turut bergairah dengan hadirnya NYIA mulai : (1)Meningkatnya kebutuhan akan hadirnya sewa guna lahan. Hal ini sesuai dengan kebutuhan airport terhadap fasilitas cargo yang ada di sekitar bandara. (2) Antisipasi akan pesatnya permintaan akan hadirnya kawasan perumahan atau apartemen guna meningkatkan kualitas hidup pekerja yang bekerja di bandara. Atau bisa juga karena daerah sekitar bandara sudah past nilainya akan terdongkrak naik. Serta beberapa potensi industri pendukung lain yang memang sangat di butuhkan dalam pengoperasian kawasan terpadu bandara New Yogyakarta International Airport.
# 5 Tren Bisnis Properti Asia Pasific , Kunci Pengembangan Properti di Kawasan Indonesi
Memang yang namanya bisnis, tidak bisa di lepaskan dari pengaruh ekonomi kawasan atau global. Sama halnya dengan bisnis properti. Pengaruh yang bisa langsung di rasakan adalah peningkatan nilai properti atau peningkatan jumlah transaksi yang dilakukan oleh para broker properti.
Kembali ke wilayah Jogjakarta. Jika saat ini bicara Jogjakarta, maka masyarakat dan pejabat daerah mesti bangga. Karena ternyata Jogjakarta juga banyak di minati investor asing atau justru government dari daerah yang di nyatakan sebagai pembeli.
beberapa negara yang mendominasi investasi properti di sana. Dari mulai Negara Malaysia, Caymen Island, Korea Selatan, Jepang dan Italia. Dari sini saja kita sudah bisa melihat tidak saja pelaku bisnis di kawasan Asia Pasifik tetapi juga di luar kawasan tersebut.
Ada 5 tren yang saat ini terjadi di kawasan Asia Pasifik : (1). Pertumbuhan aset-aset yang terkait dengan “ kehidupan” . (2) Pengembangan ruang kerja yang fleksibel untuk menarik bakat. (3). Bertambah banyaknya pusat logistic dan data (4). Terjadinya perubahan terhadap eksposur utang dan (5). Evolusi kota pintar. Dimana dari 5 tren yang saat ini sedang berjalan, dimana Era Industri 4.0 sedang melanda Indonesia. Maka ada 2 point yang sejalan dengan statement yang dijelaskan oleh Handri Kosada. (1)Tumbuhnya areal pusat logistic dan data, kondisi ini terkait dengan maraknya bisnis e-commerce. Maka kebutuhan perusahaan akan aplikasi CRM cukup tinggi. (2) Terkait perlunya pengembangan kota pintar. Jika implementasi akan terwujudnya Kota Pintar di hadirkan di kawasan Bandara New Yogyakarta International Airport. Maka sudah pasti kebutuhan akan perlunya meningkatkan sistem dan aplikasi berbasis teknologi semakin meningkat. Dan salah satu aplikasi yang bisa mengakomodir kebutuhan itu adalah CRM dan Call Center.
Jogja memang sungguh luar biasa, bagi anda yang tidak ingin ketinggal informasi soal potensial bisnis yang ada di Jogja jangan lupa untuk selalu membaca artikel di Infokonstruksi