Property Business Trendsin Asia Pasific directing on Digital Business & Technology

0

Sektor properti dan konstruksi, saat  ini bisa di katakan menjadi salah satu sektor riil yang banyak menjadi perhatian. Tidak saja oleh pebisnis yang berasal dari  kalangan pemerintah, tetapi juga  kalangan swasta.  Hal itu didasarkan pada satu kondisi, bahwa potensi kapitalisasi pasar untuk kedua sektor  ini selalu meningkat.

Jika dilihat dari kapitalisasi pasar yang ada di sektor properti misalnya, di tahun 2019/2020 saja nilainya sudah berada di angka Rp 110-120 triliun. Sementara untuk sektor konstruksinya sendiri, saat  ini di tahun 2019 angkanya  untuk sektor pembangunan gedung berada di angka Rp152,003 triliun agak menurut memang di banding tahun 2018 namun hanya berkisar di level 0,4%. Itu belum termasuk konstruksi  di luar gedung  seperti perumahan,  infrastruktur dan lainnya. Sementara pemerintah sendjri melalui APBN ( Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara ) tahun 2020 memberikan anggaran yang cukup besar untuk sektor konstruksi yang berhubungan dengan infrastruktur yaitu sebesar Rp419,2 triliun atau naik sekitar 4,9% di banding tahun 2018.

Kondisi ini memang menunjukkan bahwa sektor properti dan konstruksi di tahun 2019 dan 2020 masih menunjukkan dominasinya sebagai salah satu sektor riil yang menjadi perhatian banyak pihak. Ada beberapa indikator yang bisa memberikan satu gambaran, bagaimana tren peningkatan sektor properti dan konstruksi di Indonesia. Hal  itu bisa di lihat dari beberapa hal seperti misalnya : memasuki semester ke-2 tahun 2019 ada beberapa investor asing yang mulai aktif untuk mengembangkan proyeknya di Indonesia.

Adalah proyek Tangerang New Industry City ( TNIC ) sebuah proyek prestisius yang di kembangkan oleh kolaborasi 2 negara China dan Singapura.  Dimana proyek yang rencananya menelan anggaran sekitar Rp19,5 triliun ini di kembangkan oleh CFLD International, sebuah perusahaan besar yang berasal dari China. Sedangkan untuk mitranya sendiri berasal dari Singapura bernama Samanea, perusahaan yang fokus dalam pengembangan  properti pusat perbelanjaan di negaranya.

Beberapa indikator positif yang telah di jelaskan diatas, sejalan dengan prediksi yang diberikan oleh asosiasi properti sekelas REI ( Real Estat Indonesia).  Dari akumulasi data yang selama 3 tahun ini telah di kumpulkan, memang terlihat bahwa sejak 3 tahun lalu jumlah total dana investasi yang berhasil di keluarkan oleh investor asing yang masuk ke Indonesia  jumlahnya sudah mencapai Rp105 triliun. Dari kondisi ini, kita bisa melihat bahwa  Indonesia, dimata investor properti dan konstruksi masih menjadi salah satu destinasi investasi mereka di masa kini dan mendatang.

Bicara properti memang kita bicara soal potensi sebuah kawasan. Dimana ketika Indonesia menjadi salah satu tujuan investasi  yang menarik. Hal itu tidak  terlepas dari potensi yang ada di kawasan regional Asean dan Asia Pasific. Dengan melihat  tren yang terjadi di kawasan Asia Pasific yang mengarah pada peningkatan potensi bisnisnya. Maka hal itu  berimbas positif ke Indonesia. Dimana kita semua tahu  dibanding negara-negara di  kawasan Asean, memang Indonesia paling banyak memiliki potensi yang menarik untuk sektor properti. (1) Indonesia adalah negara kepulauan yang sedang berkembang. Sehingga di butuhkan banyak investasi dan pengembangan kawasan properti di seluruh Indonesia  (2) Indonesia menjadi salah satu negara dengan jumlah  penduduk terbesar di dunia.  Ini menjadi salah satu pasar yang sangat menarik bagi para investor  properti dari luar.

Beberapa dasar yang telah di jelaskan diatas, memang sejalan dengan kondisi  yang sedang terjadi di kawasan Asia Pasific. (1) Terjadinya peningkatan bisnis properti yang didasarkan pada kekuatan  fundamental demografi  suatu negara.  Jika  hal ini di kaitkan dengan Indonesia, jelas sangat tepat karena hingga  tahun 2019 jumlah penduduk Indonesia 267 juta jiwa. (2) Prediksinya di tahun 2027 jumlah penduduk yang bermukim di perkotaan untuk kawasan Asia Pasific akan mecapai 400 juta jiwa lebih.

Itu jika di lihat dari kaca mata jumlah penduduk di kawasan Asia Pasific.  Sedangkan jika di kaitkan dengan salah satu sektor properti dari  6 sektor yang ada di dalamnya yaitu sektor ritel.  Maka satu hal yang mesti menjadi perhatian adalah bahwa di tahun 2021, pertumbuhan bisnis di sektor

e-commerce akan mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan karena bisa mencapai US$ 1,6 trilliun. Itulah paparan bisnis  yang telah di jelaskan oleh James Taylor, Head Reseach JLL Indonesia. Realisasinya adalah, dengan melihat besarnya potensi bisnis yang ada di sektor properti saat ini dan kedepan. Maka menurut  James sektor perkantoran dan pergudangan akan menjadi sektor yang cukup banyak memberikan kontribusi bagi perkembangan  bisnis properti di Indonesia.

Terkait dengan apa yang di jelaskan diatas, Handri Kosada, CEO Barantum memiliki perspektif bisnis tersendiri dilihat dari kaca mata industri digital teknologi yang menjadi concernya.  Menurutnya,”  Bahwa untuk mengantisipasi transpormasi bisnis yang berasal dari kawasan  Asia  Pasific terutama yang terkait dengan bisnis di sektor ritel maka ada baiknya pelaku dalam industri ini mulai mengarahkan bisnisnya dengan menggunakan aplikasi Digital Teknologi.  Salah satu hal yang bisa di lakukan saat ini adalah mencoba memaksimalkan penggunaan CRM dalam bisnis yang di jalankan. Kenapa, karena Era Industri 4.0 akan lebih besar mementingkan sumber data di banding dengan sumber lainnya. Sehingga keberadaan customer menjadi salah satu hal penting untuk membuat sebuah bisnis menjadi lebih besar. Dan disini peran CRM ( Customer  Relationship Management) menjadi salah satu strategi bisnis yang tepat untuk di jalankan.

POTENSI BISNIS KAWASAN ASIA PASIFIC DIBENTUK OLEH 5 TREN BISNIS MASA DEPAN

Setidaknya ada 5 tren  yang saat ini cukup mendominasi perkembangan bisnis yang ada di kawasan Asia Pasific. Dimana ke-5 tren bisnis tersebut secara langsung atau  tidak jelas membawa dampak terhadap kondisi bisnis yang ada di Indonesia. (1). Bertumbuhnya nilai aset-aset yang berhubungan langsung dengan “ kehidupan” . (2) Tren pengembangan konsep ruang kerja yang fleksibel, agar bisa menarik minat dan bakat. (3) Akan mulai bertambah banyaknya pilihan pusat  bisnis yang terkait dengan database dan  logistic (4) Kemungkinan akan terjadinya apa yang saat ini sedang terjadi yaitu perubahan eksposur utang dan (5) Tren ke-5 adalah dunia akan terpola dengan perlunya membuat atau Evolusi kota pintar.

Dengan melihat dan menganalisa ke-5 point yang di jelaskan diatas,  maka point ke-3 sangat relevan dengan apa  yang disampaikan oleh Handri Kosada. Bahwa untuk mengantisipasi berkembangnya bisnis e-commerce maka kebutuhan akan pentingnya aplikasi CRM menjadi sangat tepat. Karena aplikasi ini akan bisa memberikan potensi database yang efektif untuk di kembangkan menjadi sebuah potensi bisnis yang sudah ada atau diversifikasi produk barunya.

Dan bicara soal aplikasi digital teknologi. Maka salah satu perusahaan  yang concern terhadap aplikasi tersebut adalah Barantum. Barantum sebagai salah satu penyedia aplikasi CRM & Call Center bisa menjadi alternative solusi bagi pelaku bisnis. Namun sebelum menentukan pilihan aplikasi CRM yang sesuai dengan kebutuhan bisnis perusahaan yang bersangkutan. Maka sebaiknya perhatikan beberapa hal berikut : Intinya bahwa aplikasi CRM adalah sebuah alat yang bisa di maksimalkan untuk memaksimalkan potensi bisnis yang ada pada diri customer. Sehingga dengan mengetahui potensi bisnis  dari setiap karakter customer, maka hal itu menjadi satu hal positif untuk meningkatkan level customer menjadi loyalitas customer. Dengan kondisi tersebut, maka peningkatan kinerja perusahaan yang bersumber dari customer bisa tetap di pertahankan bahkan mungkin di tingkatkan. Anda tidak ingin ketinggalan informasi di seputar bisnis properti jangan lupa untuk selalu mengikuti artikel di Infokonstruksi

Leave A Reply

Your email address will not be published.