Batam Menunggu Dukungan Kongkrit Pemerintah
Bicara soal Batam, maka satu hal yang menarik adalah bahwa Batam saat ini menjadi salah satu destinasi pengembangan properti. Tidak saja untuk pengembang local, tapi juga beberapa pengembang besar. Inilah yang membuat Batam menjadi begitu fenomenal.
Sejatinya potensi Batam sebagai sebuah destinasi investasi properti sudah terlihat sejak beberapa tahun yang lalu. Sebagai kota terencana, Batam merupakan salah satu kota dengan pertumbuhan terpesat di Indonesia. Ketika dibangun pada tahun 1970-an oleh Otorita Batam (saat ini bernama BP Batam), kota ini hanya dihuni sekitar 6.000 penduduk dan dalam tempo 40 tahun penduduk Batam bertumbuh hingga 158 kali lipat. Hingga memasuki tahun 2017, jumlah penduduk Batam dengan luas arealnya sekitar 960,25km2 adalah 1.062.250 atau 1.100/km2.
Dimana pada saat itu, Batam terkenal dengan jembatan BARELANG. Yaitu sebuah jembatan yang menghubungkan 3 wilayah yang ada di Batam yaitu Pulau Batam, Pulau Rempang dan Pulau Galang. Namun menariknya Batam sejak dulu, nyatanya memang kurang begitu di ekplore lebih jauh. Terlebih setelah munculnya konsep otonomi daerah. Seakan Batam yang dahulu bisa sebagai salah satu primandona Indonesia menjadi “ kurang terdengar”.
Jika saat ini Batam kembali menunjukan jati dirinya sebagai sebuah lokasi yang menarik. Tentunya hal itu sangat terkait dengan progress pembangunan dan pengembangan sektor properti yang ada di Batam. Seperti di jelaskan oleh Ruslan Weng, Ketua DPD AREBI Kepri, “ Bicara Batam 3 tahun terakhir memang menarik. Meskipun secara bisnis turun, tapi nyatanya justru pembangunan proyek-proyek baru di Batam semakin meningkat. Memang hal itu di dukung pula oleh respon positif yang diberikan oleh konsumen dan investor yang ada di Batam.
Ruslan menambahkan, pada setiap adanya pembangunan proyek baru. Ketika konsep yang di tawarkan cukup unik, maka sudah pasti akan diminati oleh konsumen. Menariknya itu tidak saja dari segi konsep semata, tapi model pembangunan atau model pembayaran yang mungkin tidak biasa. Hal inilah yang pada akhirnya menjadi salah satu daya tarik tersendiri bagi konsumen dan pelaku bisnis di Batam.
Bicara soal konsep yang tidak biasa, adalah ketika PT. Indonesia Prima Properti mengembangkan satu proyek apartemen bernama One Residence. Memang secara konsep lokasinya menarik, tapi yang justru menjadi daya tarik adalah, proses pemasarannya. Perusahaan berani membuat model pembayaran yang mereka sebut “ payment by progress “, kata Reagan Halim, selaku Chief Project Marketing PT Indonesian Paradise Property Tbk. Artinya konsumen membayar berdasarkan progress pembangunan proyeknya. Teknisnya adalah bayar DP25%, kemudian libur bayar hingga progress proyek mencapai topping off baru bayar 25% kembali. Baru di tutup pembayarannya ketika proyek jadi dan akan serah terima unit dengan pelunasan 50%. Atau Oxley Convention City yang menjadi cikal bakal properti mixused yang ada di Batam. Konsep properti yang mengedepankan konsep MICE dalam satu kawasan, seperti yang disampaikan oleh Ruslan Weng.
Menggunakan metode yang tidak lazim pun dilakukan oleh Ciputra Group dengan proyek terbarunya Citra Plaza di Nagoya, Batam. Caranya adalah, aktivitas pemasaran justru di lakukan setelah proyek masuk groundbreaking. Konsep inilah yang pada akhirnya justru di terima dengan baik oleh konsumen dan investor yang ada di Batam. Seperti apa hasilnya, cukup menggembirakan. Karena pada saat lauching, Ciputra Group berhasil menjual sekitar 350-an unit atau ½ dari tower habis terjual dalam masa aktivitas launching.
Sebenarnya jika kita bicara soal Batam dan potensinya di sektor properti. Ruslan Weng broker properti yang sudah cukup lama berkecimpung di bisnis agen properti menjelaskan. “ Ada beberapa hal yang membuat Batam menarik, pertama sudah pasti factor kedekatan dengan Negara tetangga seperti Singapura atau Malaysia. Kedua dengan julukan propinsi 1000 industri pada akhirnya menjadi pangsa pasar tersendiri bagi industri properti di Batam, “ begitulah komentarnya. Kondisi itu, memang pada akhirnya menjadi sama dengan kondisi yang terjadi di kawasan Cikarang- Bekasi. Dahulu kita mengenal Cikarang adalah lokasi atau daerah industri karena memang di lokasi tersebut terdapat begitu banyak kawasan industri terbangun.
Tapi nyatanya, saat ini justru pengembangan properti yang berdasarkan existing kawasan industri yang ada justru menjadi salah satu daya tarik tersendiri bagi pengembang untuk bisa meraih keuntungan dengan membangun sektor properti hunian.
Namun sayang, bagusnya potensi yang dimiliki oleh Batam masih belum maksimal di support oleh Pemerintah. Baik pemerintah pusat dan daerah. Yang terjadi justru “ terjadi tarik- menarik kepentingan”. Padahal dengan kondisi Batam saat ini semestinya ada dua hal yang bisa di support oleh Pemerintah Pusat dan Daerah guna meningkatkan potensi bisnis di Batam agar bisa lebih maksimal.
Pertama sudah pasti kebijakan dari Pemerintah Pusat terkait kepemilikan asing di Batam. Jika ada satu kebijakan yang memberikan kelonggaran asing untuk bisa memiliki atau membeli properti di Batam. Maka sudah pasti Batam kedepan akan menjadi destinasi investor asing dalam kaitan mendapatkan properti-properti yang sesuai dengan kebutuhan mereka. Kedua sudah pasti dukungan dari Pemerintah Daerah yang menyangkut soal RTRW ( Rencana Tata Ruang Wilayah ) Batam. Dengan luas areal Batam yang tidak terlalu besar. Agaknya Pemerintah Daerah belum secara maksimal melakukan pembenahan dengan membuat RTRW yang menjadi acuan pengembang dalam merencanakan investasi propertinya. JIka hal ini bisa di realisasikan dengan baik oleh Pemerintah Daerah, dengan adanya kebijakan dan pengawasan yang baik, maka sudah pasti perkembangan dan pengembangan bisnis properti yang ada di Batam semakin menarik.
Karena sekalipun kondisinya masih belum tertata rapi seperti apa yang di harapkan saja. Bisa di lihat ada sekitar 10 lebih pengembang yang saat ini aktif sedang merencanakan dan mengembangkan proyek propertinya di areal Batam. Sebuah potensi bisnis yang bisa dikatakan cukup besar dengan melihat luasan wilayah yang di miliki Batam.
Harapannya adalah, ketika Batam tidak lagi hanya sekedar di anggap sebagai kota industri semata. Tapi Batam di arahkan menjadi sebuah kota yang terintegrasi baik dalam hal industri, destinasi wisata dan juga hunian. Maka tidak mustahil bahwa Batam akan menjadi salah satu Kota Metropolitan yang bisa menyamai kondisi yang ada di Jakarta.