Pasar Perumahan di Surabaya Masih Berpotensi Naik
Sekalipun kondisi bisnis perumahan di Surabaya belum terlalu kondusif. Namun setidaknya di tahun 2018/2019, permintaan di sektor perumahan berada di kisaran angka 3-5%. Kini konsumen properti di Surabaya lebih memilih landed house sebagai pilihan terbaik dalam sektor perumahan.
Wait and See, itulah satu kata yang saat ini masih menjadi kendala dalam perkembangan bisnis perumahan dimanapun berada. Tidak terkecuali lokasi di Surabaya dan sekitarnya. Kondisi tersebut terkait dengan pesta demokrasi yang akan berlangsung di bulan April 2019 mendatang. Itulah sebabnya, dari penelusuran yang di lakukan Majalah Property&Bank hingga memasuki bulan Maret 2019, kondisinya masih belum beranjak dari posisi wait and see hingga Pemilu 2019.
“ Memang permintaan unit rumah di atas harga Rp5-10 Miliar masih ada,” kata Martono, Member Broker ERA KITA. Contohnya seperti permintaan unit rumah di Pakuwon Surabaya. Dengan ukuran LT/LB : 300/450m2 unit tersebut di transaksikan diharga Rp6-8 Miliar. Namun kondisi itu tidak marketable. Justru yang saat ini banyak di transaksikan untuk perumahan secondary adalah perumahan di kisaran harga dibawah Rp5 Miliar. Martono mencontohkan unit perumahan di Citraland Surabaya dengan ukuran 180-240m2 ditransaksikan pada kisaran harga Rp3,5Miliar. Lokasinya sendiri untuk wilayah Surabaya saat ini konsumen lebih banyak memilih lokasi seperti Citraland, Pakuwon dan Grand Family, kesemuanya berada di Surabaya Barat.
Senada dengan Martono, masih kurang kondusifnya iklim sektor perumahan yang ada di Surabaya juga di amini oleh Billy Rainer, Marketing Executif Raywhite Surabaya. “ Pertumbuhan bisnis perumahan di Surabaya tahun 2019 ini masih berkisar di angka 1%,” begitulah Billy Rainer menjelaskan. Namun sekalipun demikian, pasar masih tetap bergerak tidak saja di sektor secondary market tapi juga primary market. Salah satu yang menarik kata Billy adalah transaksi yang terjadi pada Perumahan Centraland Juanda di Surabaya. Kawasan perumahan yang dimiliki oleh pengembang Griyo Mapan Sentosa ini cukup menarik dimata konsumen Surabaya. Di tahun 2018-2019, transaksi yang di lakukan pada perumahan Centraland Juanda pada saat di Launching mampu terjual sebanyak 95%. Dengan spesifikasi unit yang banyak di minati konsumen Unit 2 Lt dengan ukuran 6x12m2 seharga Rp1-2 Miliaran. Serta Unit 2 Lt berukuran 9x18m2 degan harga Rp2,9 Miliaran.
Itulah kondisi terkini pasar perumahan yang ada di Surabaya. Sekalipun di tahun 2018 dari analisa yang dilakukan salah satu pelaku properti yang ada di Jakarta. Surabaya masih menjadi lokasi yang menarik tidak saja untuk enduser tapi juga untuk investor dalam mencari properti di lokasi tersebut ( lihat grafik). Hal itu menunjukan pasar Surabaya memang masih menjadi lokasi yang menarik terkait bisnis properti selain Jakarta dan sekitarnya.
Namun di sisi lain, sebenarnya seperti yang diutarakan oleh Martono, Member Broker ERA KITA. Khusus untuk sektor perumahan, terjadi fokus yang jelas. “ Sektor perumahan jenis apartemen saat ini di Surabaya masih belum menunjukan kondisi yang cukup baik,” begitulah analisa yang di berikan oleh Martono. JIkapun ada permintaan lebih kepada unit-unit apartemen yang memang memiliki perbedaan dibanding apartemen lain yang ada. Ambil contoh untuk unit apartemen yang memiliki luasan hanya 18m2 dijual dengan harga Rp300 juta. Pengembang masih bisa menjual dalam kisaran jumlah unit yang sedikit. Itupun karena unit apartemenya berada di lokasi yang cukup strategis.
Melihat kondisi itulah, hingga pada akhirnya beberapa pengembang besar membatalkan atau menunda launching atau penjualan unit apartemen yang ada di Surabaya. Mereka masih berusaha melihat kondisi pasar yang ada sebelum akhirnya memutuskan untuk kembali menjual unit-unit apartemenya ke pasar yang ada di Surabaya. Sedangkan jikapun saat ini mereka sudah terlanjur memasarkan unit-unit apartemennya. Maka strategi marketing yang di jalankannya adalah dengan mencoba market di luar Surabaya seperti Jakarta, Medan, Makasar dan kota besar lainnya sebagai calon potensial buyer yang mereka dekati.
Sementara terkait dengan lokasi pengembangan bisnis properti di Surabaya. Memang saat ini Surabaya terjadi pergeseran lokasi untuk pengembangan bisnis properti.. Dimana lokasi Surabaya Timur meskipun secara infrastruktur kondisinya bagus. Namun kelemahannya adalah lokasi Surabaya Timur lahannya saat ini terbatas untuk pengembagan. Belum lagi kedekatannya dengan pantai. Sehingga bagi pengembang untuk mendapatkan lokasi yang cukup luas agak sulit. Karena kondisi itulah, saat ini perkembangan dan pengembangan bisnis properti terutama kawasan perumahan bergerak ke lokasi Surabaya Barat.
Itulah pasar perumahan yang terjadi di Surabaya. Adanya beberapa hal yang masih menjadi kendala membuat pergerakan bisnis perumahan di Surabaya baik residential ataupun apartemen belum bisa bergerak secara maksimal. Sekalipun kondisi pasarnya belum kondusif. Tapi yang menarik adalah justru saat ini karakter konsumen yang ada di Surabaya sudah cukup bagus. Sejak bagusnya pasar untuk sektor perumahan yang terjadi di Surabaya pada tahun 2010. Memang karakter konsumen perumahan yang ada di Surabaya memperlihatkan karakter bagus untuk menunjang bisnis properti.
Keberadaan mereka yang mulai peduli dengan masalah legalitas dan kredibilitas pengembang membuat pelaku bisnis properti di Surabaya yakin bahwa saat ini dan kedepan potensi bisnis properti di Surabaya masih akan terus berkembang. Terlebih jika pelaksanaan Pemilu periode April 2019 besok berjalan dengan lancar, maka bisa jadi kondisi bisnis properti di Surabaya bisa bergenak naik cukup tinggi. Saat ini beberapa hal yang selalu menjadi perhatian konsumen pada saat mereka ingin membeli unit perumahan atau apartemen di Surabaya, seperti yang di sampaikan oleh Billy Rainer adalah : 1. Kredibilitas pengembang, yang termasuk di dalamnya legalitas dari pengembang yang bersangkutan 2. Masalah legalitas dan kondisi sertifikat dari lahan yang digunakan.
JIka kedua hal tadi sudah di rasa cukup jelas oleh konsumen maka soal harga dan kunjungan ke lokasi proyek bisa mereka abaikan. Kondisi itu sebenarnya mulai terjadi sejak beberapa tahun lalu. Dimana ada salah satu pengembang local yang bertindak “ curang / tidak adil “ terhadap konsumennnya. Sehingga dengan kejadian itu, saat ini konsumen di Surabaya mulai peduli terhadap dua hal tadi sebelum pada akhirnya mereka memutuskan untuk membeli atau berinvestai di sektor properti.