Implementasi Digital Construction, Kunci Operasional Sektor Konstruksi PPKM Darurat
Pandemi covid dirasakan atau tidak, pada akhirnya memang telah mengubah tatanan bisnis di hampir semua sektor. Termasuk di dalamnya adalah industri konstruksi, sebuah industri yang banyak orang mengatakan ini sebagai sebuah industri padat modal dan padat karya. Namun yang jadi pertanyaan adalah, apakah mungkin dengan perspektif industrinya yang padat karya memungkinkan sektor ini melakukan implementasi digital construction untuk mengantisipasi kondisi sektor konstruksi PPKM Darurat.
Ada bisnis yang tidak mungkin di ubah kondisinya karena keberadaannya sudah harus mengikuti prosedur yang ada. Tetapi sebaiknya memang semua bisnis harus bisa melakukan penyesuaian sesuai dengan kondisi yang ada. Sehingga ketika kondisinya seperti saat ini maka yang terjadi adalah perlunya melakukan penyesuaian di kondisi yang mungkin bisa di lakukan penyesuaian.
Melihat panjangnya proses yang terjadi dalam industri konstruksi. Sebenarnya ada beberapa periode dimana penyesuaian kondisi bisa di laksanakan dan tidak akan merusak atau mengurangi kualitas dari konstruksi tersebut.

Kita bisa jelaskan ada sekitar 6 proses kerja yang biasanya di jalankan dalam proses kerja di bidang konstruksi. (1) Proses kerja menganalisa rancangan atau desain dari sebuah proyek konstruksi. Dalam kondisi pekerjaan ini memang sifatnya hanya melakukan analisa, sehingga penerapan apa yang disebut sebagai digital consruction bisa di jalankan dengan baik benar. (2) Masuk proses pekerjaan selanjutnya adalah Pra Rancangan ( skematik desain). Masih melanjutkan proses kerja yang pertama, dalam kondisi seperti inipun digital construction masih mungkin di jalankan dengan baik dan benar. (3) Proses pengembangan rancangan. Sekalipun biasanya dalam proses kerja di bidang konstruksi ketiga ini kedua belah pihak akan bertemu untuk menentukan detail desain dan pengembangan yang mungkin bisa di lakukan. Tetapi dalam kondisi pandemi seperti saat ini proses kerja ketiga ini masih memungkinkan untuk di lakukan secara digital construction. Kecuali jika memang perlu adanya penjelasan yang sifatnya urgent dan butuh waktu cepat, maka mau tidak mau seorang desain arsitektur harus berkenan untuk langsung bertemu owner proyek atau koordinator proyek yang bertanggung jawab terhadap proyek tersebut
(4) Proses pembuatan gambar kerja. Dalam tahapan ini biasanya seorang desain arsitektur akan membuatkan konversi desainnya berdasarkan konsep rancang bangun ke dalam gambar lengkap serta uraian teknisnya. Kenapa, karena pada proses inilah nantinya yang akan menjadi acuan kontraktor dan estimator dalam melakukan followup kegiatan seperti pemesan produk material building serta proses pekerjaan konstruksi. (5) Proses kerja pengadaan pelaksanaan konstruksi. Ini semacam penunjukan kontraktor dalam pelaksanaan pekerjaan. Dalam proses ini bisa dilakukan dengan dua tahapan. Pertama bisa secara online untuk pengecekan data dan dokumen pendukung yang akan memperlihatkan kualitas dan kuantitas dari kontraktor yang bersangkutan. Dalam teknis pelaksaan ini bisa di lakukan secara online. Tetapi memang sebaiknya pada saat sudah menuju penentuan pemenang tender proyek harus di lakukan secara langsung. Karena sudah pasti banyak hal yang harus di jelaskan oleh pemenang tender agar bisa di ketahui sejauh mana pemenang tender proyek paham dan mengerti soal proyek dan tahapan dalam pengerjaan proyek yang benar.
(6) Proses pengawasan berkala : Nah pada proses kerja pengawasan berkala inilah memang sebaiknya proses digital construction di kurangi. Karena sistem kerja konstruksi berbeda dengan model kerja lainnya. Jika pekerjaan lainnya bisa di lakukan dengan model Work From Home. Maka pada tahapan pengawasan berkala ini memang perlu adanya peninjauan langsung ke lapangan, sejauh mana proyek dikerjakan sesuai time schedule yang telah di tetapkan.
Kenapa perlu adanya peninjauan langsung yang tidak mungkin dilakukan secara digital atau bahasa umumnya secara online. Hal itu di sebabkan kita mesti tahu benar kualitas pekerjaan yang telah dilakukan. Jangan sampai karena tidak ingin melakukan tinjauan langsung maka beberapa masalah justru terjadi : (1) Kualitas proyek tidak sesuai spesifikasi sehingga dalam jangka panjang bisa merugikan proyek yang bersangkutan (2) Proses kerja yang terjadi dilapangan bersifat unscheduled artinya pekerja tidak bisa menjalankan time schedule yang telah di sepakati di awal (3) Dan yang paling penting adalah apakah konsep protokol kesehatan yang sudah menjadi ketentuan pada masa pandemi telah di jalankan secara benar. Jangan sampai hanya karena satu hal maka proyek menjadi terkena sangsi.
Itulah sekilas penjelasan dari prose konstruksi yang bisa kita coba analisa. Sebatas mana proses itu bisa di jalankan secara digital construction atau harus dilakukan secara pertemuan fisik. Dengan adanya penjelasan seperti ini maka semakin jelas, bahwa sejatinya pandemi covid bukan jadi satu alasan untuk pekerja konstruksi bekerja di bawah standar. Karena dari 6 proses pelaksanaan, ternyata cukup banyak sesi yang bisa di lakukan untuk menggunakan digital construction. Dan sebenarnya itu sudah bisa mengurasi cost production yang seharusnya di keluarkan. Inilah salah satu sisi positif yang bisa kita dapatkan dengan adanya pandemi covid. Sehingga ada baiknya kita tidak selalu mengeluh dengan kondisi yang ada, karena sejatinya kondisi itu tergantung bagaimana kita menyikapinya secara positif dan benar.
Bagi anda yang saat ini masih bingung dalam menjalankan aktivitasnya dalam masa pandemi. Jangan ragu untuk terus mengikuti artikel yang kami publish di Media Infokonstruksi. Karena kami akan terus mengupdate kondisi terkini industri konstruksi di Indonesia.