Jawa Timur, Saatnya Menanti Potensi destinasi utama bisnis Properti

0

Perkembangan bisnis properti memang bisa di capai dari beberapa aspek. Tidak saja aspek ekonomi makronya, tetapi juga kondisi mikronya sendiri mesti memberikan kontribusi yang baik. Dengan melihat kedua kondisi itulah, tidak heran jika pada akhirnya saat ini Jawa Timur atau Surabaya  bisa di harapkan menjadi salah satu destinasi utama bisnis properti di Indonesia.

Beberapa kondisi berikut, agaknya bisa menjadi satu pernyataan positif kenapa Surabaya atau Jawa Timur layak menyandang lokasi yang pantas untuk pengembangan bisnis properti di Indoesia. (1) Saat ini Surabaya masuk dalam urutan ke-2 yang warganya cukup puas dengan kondisi dan pelayanan aparat pemerintahannya (2) Beberapa prestasi Surabaya bisa menjadi added value bagi pengembang untuk masuk dan berbisnis di Surabaya. Dari mulai masuknya Surabaya dalam 10 Kota teraman di dunia, Surabaya masuk salah satu kota dengan tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi hingga konsistensi-nya yang membuat harga properti cukup kompetitif.

Dari beberapa pernyataan kondisi diatas, sebenarnya kita sudah bisa menentukan  bahwa memang Surabaya layak menjadi pilihan pengembang untuk terus berinvestasi di Surabaya. Karena bukan saja kondisi makro-nya yang cukup kondusif. Terkait dengan kondisi financial-nya sendiri, seperti yang disampaikan oleh Ita Rulina, Deputi Direktur Departemen Kebijakan Makroprudensial Bank Indonesia. Menurut Ita : Sektor properti di Jawa Timur masih sangat potensial terutama menyangkut pembiayaan model KPR.  Hal itu lanjut Ita karena dept service ratio ( DSR) Jawa Timur masih rendah hanya 6,9% dibawah DSR Nasional yang berada di level 10,69%.

Dengan melihat kontektual diatas, pada akhirnya memang hal itu berdampak positif pada kondisi bisnis properti yang ada di Jawa Timur. Mengingat saat ini salah satu pembiayaan properti yang masih cukup menarik adalah dengan menggunakan skema KPR dan KPA. (1) Relaksasi kebijakan LTV untuk rumah pertama bisa dengan mudah didapatkan konsumen tergantung pada masing-masing bank. Sedangkan untuk rumah kedua maksimal  kredit yang bisa di berikan sebesar 80%. (2) Captive market dari kalangan mahasiswa  yang masih cukup tinggi di Jawa Timur. Ambil contoh untuk kondisi yang ada di Malang, di tahun 2019 ini Universitas Brawijaya menempati jumlah peminat terbanyak dari peserta SBMPTN dengan jumlah peserta 55.871 peserta. Dimana rata-rata per tahun jumlah mahasiswa yang berasal dari luar kota Malang sendiri sudah mencapai 41.311 mahasiswa. Ini menjadi potensial market sendiri bagi kalangan mahasiswa  yang bisa di arahkan untuk menjadi target market hunian  vertikal.

Dengan menariknya potensi investasi yang ada di Jawa Timur atau tepatnya Surabaya, wajar jika nilai investasi-nya pun cukup tinggi sekitar Rp37,03 triliun. Angka ini bisa dikatakan hampir mendekati jumlah target investasi yang diharapkan masuk hingga akhir tahun 2018 lalu. Hal itu di benarkan oleh Nanis Chairani selaku Kepala Dinas  Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu ( DPMPTSP) Surabaya. Bahwa berdasarkan Rencana  Pembangunan  Jangka Menengah Daerah ( RPJMD) tahun 2018 yang mencapai Rp42,77 triliun.

Berkembangnya kondisi yang ada di pasar properti Indonesia, dimana  tren-nya adalah banyak investor baik lokal dan asing mulai masuk dan berencana mengembangkan proyeknya di Indonesia. Kondisi ini sejatinya sesuai dengan prediksi dan analisa yang di berikan oleh Real Estate Indonesia (REI). Dimana berdasarkan data yang berhasil dihimpunnya, hingga  3 tahun terakhir  menunjukkan adanya total dana  investasi yang akan di kucur-kan oleh pengembang asing mencapai angka yang cukup besar yaitu Rp105 triliun.

Pertama, kondisi membaiknya bisnis real estate yang di dasarkan pada fundamental demografi yang besar. Jika kondisi ini di hubungkan dengan jumlah penduduk Indonesia, jelas besarnya penduduk Indonesia yang berjumlah 267 juta jiwa (2019) adalah sebuah potensi bisnis yang menarik. Sehingga mengundang investor asing untuk masuk ke  Indonesia. 

Kedua, pada tahun 2027 penduduk perkotaan di kawasan Asia Pasifik, kondisinya lebih besar 400 juta jiwa. Dimana tren yang mungkin terjadi pada  tahun 2021 adalah bahwa pasar e-commerce di kawasan Asia Pasifik akan mengalami pertumbuhan bisnis mencapai US$ 1,6 triliun. Seperti inilah  pernyataan yang disampaikan oleh James Taylor, Head Research JLL Indonesia. Dengan prediksi tersebut, maka tidak mustahil jika pada akhirnya pasar sektor perkantoran akan menjadi salah satu sektor yang cukup banyak diminati oleh pebisnis properti Asing di Indonesia. Inilah prediksi yang juga di sampaikan oleh Handri terkait kondisi terkini bisnis e-commerce di Indonesia.

Saat ini Jawa Timur menjadi salah satu daerah tujuan investasi yang ada di Indonesia. Jika anda ingin tahu lebuh jauh ikuti terus perkembanngan artikel di Infokonstruksi

Leave A Reply

Your email address will not be published.