Makasar, Gerbang Utama Pengembangan Investasi Properti di Kawasan IndonesiaTimur.
Makasar dan properti, agaknya dua hal ini ke depan akan menjadi satu isu menarik yang akan selalu muncul ke permukaan. Kenapa tidak, dengan perkembangan yang saat ini terjadi di Makasar ibukota propinsi Sulawesi Selatan ini memang mengindikasikan bahwa pengembangan investasi di sektor properti semakin meningkat.
Statement diatas memang bukan tanpa alasan. Jika kita mencoba merefleksikan diri ke belakang dengan melihat perkembangan yang terjadi di Makasar dalam beberapa tahun lalu. Tentunya kita akan bisa melihat bagaimana Makasar dan perkembangan bisnis properti yang ada di dalamnya.
Ada beberapa indikator positif yang pada akhirnya membuat Makasar dan sekitarnya menjadi salah satu lokasi yang sangat menarik untuk para pengembang. Bukan saja sekadar pengembang lokal yang ingin mengembangkan proyeknya. Tetapi adalah pengembang besar nasional yang memang melihat bahwa Makasar adalah sebuah potensi dengan kondisi sebagai berikut : (1) Pertumbuhan ekonomi secara makro di Makasar ( Sulawesi Selatan) berada di level 8%, dengan membaiknya kondisi infrastruktur termasuk di dalamnya sarana dan prasarana transportasi. Belum lagi kemudahan yang diberikan oleh Pemerintah Daerah terkait masalah perijinan. Sehingga dengan beberapa kondisi tersebut membuat kondisi makro dari wilayah Makasar menjadi menarik untuk para investor properti.
(2) Saat ini di wilayah Makassar, tidak saja sektor properti yang pada akhirnya terkena imbas positif dari bagusnya kondisi makro ekonomi Sulawesi Selatan dan Makasar. Tetapi sektor konstruksi pun turut mendapatkan kontribusi positif. Sehingga wajar dengan membaiknya kedua hal tadi maka beberapa produk yang dihasilkan juga mendapatkan tanggapan baik dari masyarakat.
Realitanya di lapangan adalah, jika kita memperhatikan 6 sub sektor properti yang ada, maka beberapa sektor berikut mendapatkan respon positif dari industrinya. Seperti kondisi pada sub sektor komersial seperti pusat perbelanjaan, pergudangan, perhotelan dan apartemen. Ke semua sub sektor industri tersebut secara meyakinkan mengalami peningkatan permintaan sebagai akibat dari bagusnya kondisi makro yang ada di Sulawesi Selatan dan Makasar.
(3) Hingga saat ini tidak saja pengembang lokal yang mencoba peruntungan dengan mengembangkan bisnis properti di Makasar. Tetapi pengembang besar pun tetap berusaha untuk meningkatkan prospek bisnis dari proyeknya. Dari mulai PT. Sumarecon Agung dengan proyek seluas 170 Ha-nya. Kemudian ada Ciputra Group dengan proyek Citraland City Losarinya. Dan yang terbaru adalah Ciputra Group yang bekerja sama dengan PT. Yasmin Budi Asri dalam pengembangan maha karya proyek Center Point of Indonesia (CPI). Sebuah proyek yang akan membuat Kota Makasar mendapatkan icon terbaru, karena CPI ini memang diarahkan untuk menjadi Icon Kota Makasar. Sedangkan pengembang lama yang sudah lebih awal berkontribusi ke Pemerintah Daerah adalah : Lippo Group dengan proyek Tanjung Bunganya bekerja sama dengan BSA Land.
Berkembangnya kondisi yang ada di pasar properti Indonesia, dimana tren-nya adalah banyak investor baik lokal dan asing mulai masuk dan berencana mengembangkan proyeknya di Indonesia. Kondisi ini sejatinya sesuai dengan prediksi dan analisa yang di berikan oleh Real Estate Indonesia (REI). Dimana berdasarkan data yang berhasil dihimpunnya, hingga 3 tahun terakhir menunjukkan adanya total dana investasi yang akan di kucur-kan oleh pengembang asing mencapai angka yang cukup besar yaitu Rp105 triliun.
Pertama, kondisi membaiknya bisnis real estate yang di dasarkan pada fundamental demografi yang besar. Jika kondisi ini di hubungkan dengan jumlah penduduk Indonesia, jelas besarnya penduduk Indonesia yang berjumlah 267 juta jiwa (2019) adalah sebuah potensi bisnis yang menarik. Sehingga mengundang investor asing untuk masuk ke Indonesia.
Kedua, pada tahun 2027 penduduk perkotaan di kawasan Asia Pasifik, kondisinya lebih besar 400 juta jiwa. Dimana tren yang mungkin terjadi pada tahun 2021 adalah bahwa pasar e-commerce di kawasan Asia Pasifik akan mengalami pertumbuhan bisnis mencapai US$ 1,6 triliun. Seperti inilah pernyataan yang disampaikan oleh James Taylor, Head Research JLL Indonesia. Dengan prediksi tersebut, maka tidak mustahil jika pada akhirnya pasar sektor perkantoran akan menjadi salah satu sektor yang cukup banyak diminati oleh pebisnis properti Asing di Indonesia. Inilah prediksi yang juga di sampaikan oleh Handri terkait kondisi terkini bisnis e-commerce di Indonesia.
Satu deskripsi menarik yang di sampaikan oleh Handri Kosada, CEO Barantum agaknya bisa menjadi sebuah potensi bisnis baru untuk segera diantisipasi ke depannya. “ Kondisi pasar Asia Pasifik jelas akan membawa pengaruh positif bagi industri properti yang ada di tanah air,” begitulah Handri menjelaskan. Dimana lanjut Handri, khusus untuk sektor E-Commerce misalnya, otomatis pelaku bisnis dalam negeri mesti mempersiapkan dirinya dengan tren perubahan digital teknologi yang begitu cepat. Karena dengan meningkatnya tren belanja model e-commerce membuat sektor pergudangan atau sewa guna lahan untuk pergudangan menjadi meningkat karena banyaknya permintaan.
TREN INDUSTRI DI KAWASAN ASIA PASIFIK TAHUN 2019 , DI PENGARUHI 5 TREN BISNIS
Asia pasifik memang kawasan yang bisa menjadi stimulus positif untuk mendongkrak pergerakan sektor properti yang ada di Indonesia. Dimana saat ini setidaknya ada 5 tren bisnis yang sedang terjadi di kawasan tersebut. (1). Pertumbuhan aset-aset yang terkait dengan “ kehidupan” . (2) Pengembangan ruang kerja yang fleksibel untuk menarik bakat. (3). Bertambah banyaknya pusat logistic dan data (4). Terjadinya perubahan terhadap eksposur utang dan (5). Evolusi kota pintar.
Dengan melihat penjelasan yang ada, memang kita bisa melihat bahwa sedikitnya ada dua point tren bisnis yang sesuai dengan pernyataan Handri Kosada diatas. (1) Kondisi pasar dengan bertambahnya pusat-pusat logistic dan data baru, hal ini bisa terjadi karena perkembangan bisnis
e-commerce. (2) Akan bermunculan-nya kota-kota pintar di Indonesia. Jika kondisi ini terus di kembangkan maka sudah pasti kebutuhan akan perlunya meningkatkan sistem dan aplikasi berbasis teknologi semakin meningkat. Dan salah satu aplikasi yang bisa meng-akomodir kebutuhan itu adalah CRM dan Call Center.
DUA SOLUSI TERBAIK UNTUK BISNIS PROPERTI KEDEPAN, SISTEM CRM & CALL CENTER
Berdasarkan Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia, situasi dan kondisi makro ekonomi Indonesia menunjukkan kondisi seperti berikut : telah terjadi peningkatan kredit properti dari Rp795,56 triliun (2018) menjadi Rp 927,35 triliun (2019). Komponen peningkatan yang terjadi lebih banyak untuk sektor Kredit Konstruksi tumbuh 24,69% dari Rp245,48 triliun menjadi Rp306,08 triliun. KPR & KPA tumbuh 13,53% dari Rp411,54 triliun menjadi Rp467,24 triliun. Dan yang terakhir kredit konstruksi sebesar 11,18% dari angka Rp138,54 triliun menjadi Rp154,03 triliun.
Dari apa yang di tunjukan diatas jelas peran customer menjadi salah satu kunci pergerakan dan pertumbuhan bisnis properti di masa depan. Hal itu di tunjukan dengan semakin meningkatnya angka kredit di sektor properti. Ini makin memperlihatkan bahwa, pada dasarnya kunci utama pengembangan bisnis properti adalah bersumber dari customer. Dan untuk memaksimalkan customer salah satu yang bisa di lakukan adalah dengan meningkatkan status customer menjadi loyalitas customer.
Hingga semester ke-2 tahun 2019, semua pelaku industri properti mesti bergerak cepat. Perlambatan yang terjadi di dua negara dengan jumlah penduduk besar seperti China dan India. Pada akhirnya memang perlu diantisipasi agar kondisi dalam negeri bisa lebih baik dari kedua negara diatas. Karena itulah salah satu dasar yang pada akhirnya para pelaku bisnis properti luar negeri mencoba peruntungan di Indonesia. Karena mereka melihat perlambatan yang ada di luar Indonesia.
Itulah salah satu alasan kenapa Indonesia cukup menarik. Dan hingga pada akhirnya tercatat ada beberapa negara yang cukup tertarik untuk bisa masuk ke Indonesia dengan segala potensi bisnisnya untuk mengembangkan bisnis properti di negara yang saat ini berpenduduk 267 juta jiwa yaitu : Hongkong, Australia dan Selandia Baru.
Investasi di sektor properti yang ada di Kota Makasar bisa jadi trigger untuk perkembangan bisnis properti dan konstruksi. Jika anda ingin tahu lebih jauh baca terus Infokonstruksi