Analisa Sektor Properti : Potensi Bisnis Properti & Konstruksi di Indonesia
Di penghujung tahun 2019/2020, agaknya kita bisa melihat beberapa indikasi akan meningkatnya potensi bisnis properti di tahun 2020. Sekalipun tidak semua sektor akan bangkit dan menarik dibanding tahun 2019. Namun adanya beberapa indikasi positif membuat semua kalangan berharap momentum bangkitnya sektor properti jadi satu pertanda bergairahnya kembali sektor ini.
Setidaknya itulah yang nampak dari perkembangan yang terjadi di sektor perumahan. Beberapa indikasi positif dari mulai : (1) Kebijakan positif yang di keluarkan Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo yang menyatakan bahwa : Bank Indonesia tahun depan akan melonggarkan LTV guna menunjang perkembangan bisnis properti sebesar 5%. (2) Sementara kebijakan lain yang akan di lakukan oleh Bank Indonesia, adalah pemerintah akan memberikan tambahan keringanan rasio LTV/FTV sebesar 5% bagi pengembang atau siapa saja yang membangun propertinya dengan mengedepankan konsep hunian ramah lingkungan.
Dengan adanya dua kebijakan dari Bank Indonesia, saja jika benar-benar di jalankan ini akan bisa meningkatkan potensi pembelian properti khususnya untuk sektor hunian dibanding tahun-tahun sebelumnya. Dimana dengan stabilnya kondisi ekonomi dari beberapa tahun lalu, jelas dengan adanya kebijakan dari Bank Indonesia ini akan memberikan dua dampak positif. Dari sisi pengembang, mereka akan berusaha mempercepat proses pembangunan rumah yang banyak menjadi target incaran konsumen. Sementara bagi konsumen sendiri, dengan adanya kebijakan ini akan memberikanm saatu kelonggaran dalam hal uang muka pembelian rumah.
Sedangkan terkait pemberian keringan sebesar 5% ketika pengembang melakukan pembanguan yang berwawasan lingkungan. Ini sebenarya menguntungkan bagi pengembang, karena tren yang terjadi dalam beberapa tahun terakhir jelas terlihat bahwa memang eranya green properti menjadi salah satu bentuk promosi menarik yang diberikan pengembang kepada calon konsumennya. Dengan adanya program seperti ini, maka bisa jadi konsep green properti, green building kedepan akan lebih banyak di tawarkan oleh pengembang, khususnya mereka yang bermain di sektor hunian atau perumahan dalam skala yang berbeda-beda.
Menariknya konsep pelonggaran LTV yang akan di berikan oleh Bank Indonesia, menurut Direktur Consumen Banking BTN Budi Satria memang bisa membawa dampak yang cukup luas bagi sektor perumahan. Karena selama ini konsumen atau investor tertunda untuk bisa membeli atau mendapatkan aset yang menarik lantaran kendala pemilikan rumah kedua, ketiga dan seterusnya. Tetapi dengan adanya kelonggaran ini lanjut Budi Satria, maka masyarakat atau konsumen diberikan kemudahan untuk bisa mengakses lebih jauh potensi untuk mendapatkan unit rumah yang sesuai dengan keinginannya. Karena jelas mekanismenya, untuk rumah pertama konsumen di bebaskan dari LTV sementara LTV baru di kenakan pada rumah kedua, ketiga dan seterusnya.
Dengan beberapa indikator menarik seperti ini,wajar jika pada akhirnya banyak yang memprediksi bahwa tahun 2020, dengan target pertumbuhan ekonomi yang berada di kisarana angka 5,1-5,5%, maka bukan tidak mungkin jika sektor properti menjadi salah satu andalan untuk menjaga pertumbuhan ekonomi nasional yang masih cukup baik. Karena jelas kelonggoaran LTV ini akan mengembalikan lagi keinginan para investor perumahan untuk kembali memilih unit-unit yang bagus pada saat investasi di sektor apartemen cenderung menurun.
Indikator lain yang makin menguatkan bahwa tahun 2020, potensi bisnis properti khususnya sektor perumahan akan melesat lebih tinggi dibanding sektor lainnya juga terlihat dari animo konsumen pada beberapa pameran properti. Dimana konsumen lebih banyak mencari informasi terkait hunian yang dekat dan mendekati stasiun LRT dan MRT. Sehingga wajar untuk hunian-hunian diareal tersebut baik rumah tapak ataupun apartemen/ rumah susun akan mendapatkan dampak paling menarik di tahun 2020.
Salah satu dasarnya adalah, akan tuntasnya sejumlah proyek infrastruktur dan sarana transportasi lain yang akan memudahkan konsumen mencari hunian yang mendekati sarana tersebut. Ini memang bukan tren semata tetapi itulah kebutuhan yang diinginkan oleh konsumen, pada saat cost dan biaya hidup semakin meningkat maka konsumen akan mencari hunian-hunian yang lebih dekat dengan sarana dan prasarana transportasi. Itulah kenapa, dalam salah satu pameran terbesar di sektor properti konsumen lebih banyak tertarik untuk mencari data dan informasi terkait hunian-hunian yang lokasinya dekat dengan sarana dan prasarana transportasi seperti dekat stasiun LRT dan MRT.
Dan jika saat ini konsumen bertanya lokasi mana saja yang banyak di minati oleh mereka yang sedang mencari hunian atau tempat tinggal. Maka jika mengacu pada salah satu pameran properti di penghujung tahun 2019 yaitu ajang Properti Expo, maka beberapa lokasi berikut kemungkinan di tahun 2020 akan banyak di lirik dan diminati oleh konsumen : Jakarta tetap nomor satu kemudian di susul Bogor, Tangerang dan Bekasi. Karena di beberapa lokasi inilah, konsep pembangunan yang saat ini marak sedang di jalankan tidak saja proyek pengembangan perumahan oleh pengembang plat merah ataupun swasta berada di beberapa kawasan tersebut.
Sehingga dengan melihat kondisi diatas, kita tetap yakin bahwa sejak dahulu ketika kita bicara soal properti maka yang menjadi perhatian kita tetap lokasi, lokasi dan lokasi. Hanya memang untuk saat ini selain lokasi yang menarik, juga kedekatan dengan sarana transportasi menjadi salah satu kata kunci yang menjadi perhatian konsumen. Terbukti hunian yang berada di jalur Proyek Lintas Raya Terpadu maupun Mass Rapid Transportation yang makin mempercepat jarak tempuh dari daerah penyangga Jakarta, seperti Bogor, Tangerang dan Bekasi membuat penjualan properti di wilayah tersebut makin diminati. Jangan lupa untuk terus mengikuti beragam artikel disektor industri properti dan konstruksi di Infokonstruksi